Ini adalah DILANku.
Kita memang belum resmi, entahlah. Aku bahkan tak ingin
meresmikannya sekalian. Biarkan saja seperti ini. Aku rasa dia pun inginnya begitu.
Ah apa aku terlalu perasa?
Jadi begini, beberapa hari ini aku sangat bahagia. Mungkin setelah
aku baca DILAN novelnya ayah Pidi, aku jadi banyak berhalusinasi. Efek sihir
novelis. Tapi tak mengapa, aku menikmatinya karena itu membuatku bahagia.
Lihatlah aku, seperti (masih) remaja saja yang sedang jatuh
cinta. Smsnya saja seperti selalu jadi doa wajib yang harus kubaca saat sebelum
tidur. Dan itu membuatku tersenyum-senyum
setelahnya.xixixi
Tahukah kalian? Masa pedekate (begitu kalian menyebutnya)
adalah masa terindah yang tentunya pernah kita lewati. Pun aku tengah merasakannya
saat ini. Kita hanya berangan yang indah indah saja saat itu. Masa dimana kita
ingin mengetahui segalanya, dari dia. Saling mengucap kata manis yang membuat
kita ingin begadang saja demi bisa smsan sama dia :D.
Namun setelah masa itu, aku rasa tak ada yang istimewa. Apalagi
masa pacaran, ah hanya bosan saja sepertinya. Toh kita sudah tahu semuanya dari
dia. Paling ritual wajib tanya adalah, lagi apa? Sudah makan belum? Jangan lupa
solat.
Kecuali kita bisa seperti DILAN. Dia mampu menghadirkan
sesuatu yang istimewa dengan perlakuan istimewa. Ah aku selalu mendambakan
sosok seperti dia. Yang bisa membuatku setiap hari jatuh cinta.
Hey, aku punya dia. Dia yang kusebut ini adalah DILANKU. Iya,dilanku
tahun 2014. Sekarang bukan lagi tahun 1990 lagi bukan?
Tak banyak yang istimewa, tapi tentunya spesial dong, (yang spesial
pake telur 2 *plakk). Dia yang memang memaksaku untuk jangan tidur agar dia
bisa curhat. Kau tahu, aku memang senang dipercaya. Dan aku selalu menjadi
pendengar yang baik, walau tak selamanya berakhir menjadi solusiator terbaik
(ah istilah apaan ituu??).
Seperti di awal ku katakan, kita belum apa-apa dan tak ada
hubungan apa-apa. Jika toh nantinya akan berakhir tetap seperti ini, akupun
tetap berkata ‘aku baik-baik saja, sama seperti sebelum aku mengenalmu’.
Dia adalah DILANku, yang tetap kubanggakan dalam hatiku. Jangan
protes, nanti aku sedih.
Perpus
kampus, 220814