Nemu ini pas lagi baca-baca di web univ ku, dan ternyata...cekidot! selamat membaca :)
Sebagian para ahli memandang bahwa petani itu tidak memiliki semangat kerja keras. Sikap mental petani yang utama adalah sikap subsintens. Pendapat itu ternyata tidak seratus persen bisa diterima. Karena setelah dilakukan riset, pendapat seperti itu terbantahkan. Riset tersebut dilakukan Drs. H. Jirhanuddin, M. Ag., (55 tahun). Dosen STAIN Palangkaraya ini melakukan riset terhadap realitas kehidupan petani karet Muslim Suku Dayak Bakumpai di Desa Jangkang Baru. Riset putra kelahiran Muara Teweh ini diangkatnya menjadi karya Disertasi untuk meraih Gelar Doktor Bidang Ilmu Agama Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijagadengan mengambil judul “Etos Kerja Suku Dayak Bakumpai (Studi Terhadap Petani Karet Muslim Di Desa Jangkang Baru Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah).” Hasil riset disertasi ini dipertahankan di hadapan promotor dan tim penguji : Prof. Dr. H. Maragustam, MA., Dr. Muqowim, M. Ag., Dr. Karwadi, M. Ag., Dr. Maharsi, M. Hum., Prof. H. Suyata, Ph.D., (promotor merangkap penguji), Prof. Dr. H. Iskandar Zulkarnain (promotor merangkap penguji), bertempat di ruang promosi, Convention Hall, kampus setempat, Kamis, 8 Mei 2014.
Di hadapan promotor dan tim penguji, promovendus memaparkan, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan kajian fenomenolofis, riset disertasinya berupaya mendiskripsikan pandangan petani karet Muslim Suku Dayak Bakumpai di Desa Jangkang Baru terhadap kerja, menggambarkan pola etos kerja mereka dan menelusuri nilai-nilai yang mendasari etos kerja mereka.
Menurut Bapak 3 putra dari istri Dra. Hj. Latifah ini, hasil risetnya berhasil mengungkap bahwa menurut para petani karet di Desa Jangkang Baru Kabupaten Barito Utara :
1. bekerja, memenuhi kebutuhan keluarga adalah kewajiban bagi suami.Menurut subjeck ada empat hierarki kebutuhan yaiyu: Pertama, hierarki kebutuhan fisiologis. Kedua, hierarki kebutuhan pendidikan. Ketiga, hierarki kebutuhan untuk memudahkan jalan beribadah kepada Allah. Keempat, hierarki kebutuhan sebagai sarana menuju kesalehan sosial.
2. Pola perkembangan etos kerja petani karet muslim suku Dayak Bakumpai di desa Jangkang Baru ada tiga. Pertama, uluh ji kurep bagawi dengan indikasi selalu berupaya meningkatkan kualitas kerja, sungguh-sungguh dan ulet dalam bekerja, memiliki prinsip hari ini harus lebih baik dari kemaren dan besuk harus lebih baik dari hari ini, pandai menghargai waktu, cerdas dan gesit dalam melihat dan memanfaatkan peluang usaha serta hemat. Kedua, uluh ji pahias bagawi dengan indikasi kurang tergerak untuk meningkatkan kualitas kerja, merasa cukup dengan yang sudah ada, kurang maksimal dalam memanfaatkan waktu, kurang cermat dalam membaca peluang kerja, dan selalu menyediakan waktu untuk istirahat. Ketiga, uluh ji panguler bagawi dengan indikasi tidak ada kemauan untuk meningkatkan kualitas kerja, tidak gigih, tidak cermat melihat peluang kerja, selalu ada alasan untuk membenarkan sikap kerjanya, dan tidak mampu memanfaatkan waktu secara maksimal.
3. Etos kerja petani karet muslim suku Dayak berkumpul di Desa Jangkang Baru didasari oleh nilai ajaran agama, nilai budaya lokal, dan nilai pragmatis atau ekonomi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka untuk mengembangkan motivasi kerja perlu bersinerginya antara nilai ajaran agama, budaya lokal dan nilai pragmatis/ekonomi. (Humas UIN).
Keren kan?? :))
sumber: http://uin-suka.ac.id/index.php/page/berita/detail/860/teliti-etos-kerja-petani-dayak-bakumpai-jirhanuddin-raih-doktor
sumber: http://uin-suka.ac.id/index.php/page/berita/detail/860/teliti-etos-kerja-petani-dayak-bakumpai-jirhanuddin-raih-doktor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar